. Pengertian IPA, Pendidikan IPA, dan Sains
1. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan
manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa
metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau hasil observasi yang
bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan.
Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan
“pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau
khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”.
Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi
yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu
makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi
dan sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu aspek Fisika, aspek Biologi dan
aspek Kimia. Pada aspek Fisika IPA lebih memfokuskan pada benda-benda tak
hidup. Pada aspek Biologi IPA mengkaji pada persoalan yang terkait dengan
makhluk hidup serta lingkungannya. Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari
gejala-gejala kimia baik yang ada pada makhluk hidup maupun benda tak hidup
yang ada di alam.
2. Pendidikan IPA
Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian
pendidikan dan IPA maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA merupakan
penerapan dalam pendidikan dan IPA untuk tujuan pembelajaran termasuk
pembelajaran di SMP.
Pendidikan IPA menurut Tohari (1978:3)
merupakan “usaha untuk menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami
proses-proses IPA, memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta
menguasai materi IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hokum dan teori IPA”.
Sedangkan Pendidikan IPA menurut Sumaji (1998:46) merupakan “suatu ilmu
pegetahuan social yang merupakan disiplin ilmu bukan bersifat teoritis
melainkan gabungan (kombinasi) antara disiplin ilmu yang bersifat produktif”.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan IPA merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk
mengungkap gejala-gejala alam dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah serta
untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat
memahami proses IPA dan dapat dikembangkan di masyarakat.
Pendidikan IPA menjadi suatu bidang ilmu yang
memiliki tujuan agar setiap siswa terutama yang ada memiliki kepribadian yang
baik dan dapat menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang
ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya
sekedar teori akan tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan
pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu
tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan
teori baru. Teori lama digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu
alam yang baru. Hanya saja teori tersebut bukan untuk dihapal namun di terapkan
sebagai tujuan proses pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas nampaknya
pendidikan IPA saat ini belum dapat menerapkannya.
Perlu adanya usaha yang dilakukan agar
pendidikan IPA yang ada sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan
awal yang akan dicapai, karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada
teori-teori yang ada namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah
dari peserta didik. Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu
ditumbuhkan agar menjadi manusia yang sesuai dari tujuan pendidikan.
3. Sains
IPA sendiri berasal dari kata sains yang
berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil
kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta
diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek,
bermetode dan berlaku secara universal”. Sains timbul dari rasa ingin tahu
melalui pengamatan dan pengalaman yang dilakukan dan menghasilkan sebuah
pengetahuan. Pengetahuan ini kemudian akan menjadi sebuah ilmu pengetahuan
ketika pengetahuan tersebut bersifat kumulatif, logis, objektif, metodik,
sistematik dan general yang kemudian timbullah yang namanya IPA/ Sains.
B. Keterkaitan antara MIPA dan Teknologi
Soedijarto mengemukakan bahwa dalam menghadapi
abad ke-21 ada tiga indikator utama dari hasil pendidikan yang bermutu dan
tercermin dari kemampuan pribadi lulusannya, yaitu (1) kemampuan untuk bertahan
dalam kehidupan, (2) kemampuan untuk meningkatkan kualtas kehidupan, baik dalam
segi social budaya, dalam segi politik, segi ekonomi, maupun dalam segi fisik
biologis, dan (3) kemampuan untuk belajar terus pada pendidikan lanjutan. Salah
satu masalah kehidupan yang akan dihadapi para lulusan peserta didik adalah
adanya perubahan masa yang akan datang yang belum pasti bentuk dan arahnya,
namun, yang pasti adalah adanya tantangan yang menyangkut seluruh aspek
kehidupan manusia yang salah satunya teknologi.
Nana Syaodih S mengemukakan bahwa sebenarnya
sejak zaman dahulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan
teknologi. Kalau manusia pada zaman dahulu memecahkan kemiri dengan batu atau
memetik buah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan teknologi,
yaitu teknologi sederhana.
Anglin mendefenisikan teknologi sebagai
penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem
dan menyistem untuk memecahkan masalah. Ahli lain, Kast dan Rosenweig menyatakan
teknologi is the art of utilizing scientific knowledge. Sedangkan Iskandar
Alisyahbana merumuskan lebih jelas dan lengkap tentang teknologi yaitu cara
melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal
sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh
anggota tubuh, pancaindra, dan otak manusia.
Dari pengertian diatas tampak bahwa kehidupan
manusia tidak lepas dari adanya teknologi. Artinya, teknologi merupakan
keseluruhan cara yang secara rasional mengarah pada cirri efisiensi dalam
setiap kegiatan manusia.
Pada abad ke-IV, antara pendidikan MIPA dan
Teknologi dulunya tidak dikaitkan, dalam artian berdiri sendiri, dimana
pendidikan MIPA hanyalah MIPA tanpa teknologi, dan teknologi hanyalah teknologi
tanpa MIPA. Tetapi sekarang MIPA itu dikaitkan dengan teknologi artinya bahwa
MIPA itu bagaimana diterapkan atau dikaitkan dengan teknologi. Sedangkan
society, masyarakat tidak lagi dari kebutuhan IPA dan teknologi itu sendiri.
Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat
(STM) atau biasa juga di Indonesia disebut dengan Salingtemas
(Sains-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat) mulai berkembang pada dasarwarsa 70-an,
sebagai reaksi dari pola pengajaran sains post-Sputnik. Titik penekanan dari
pola ini adalah mengembangkan hubungan antara pengetahuan ilmiah siswa dengan
pengalaman keseharian mereka. Paling tidak terdapat beberapa konteks dalam
pedekatan STM ini. Konteks-konteks tersebut adalah sebagai berikut :
1. Interaksi sehari-hari siswa dengan dunia sekitarnya
Suatu pengetahuan ilmiah yang luas akan
memperkaya kehidupan individu, juga membuat berbagai pengalaman untuk
diinterpretasi pada tahap yang berbeda. Pengembaraan di kebun atau hutan
misalnya, akan memperoleh suatu pengalaman yang lain bila si pengembara/siswa
tersebut memiliki pengetahuan biologi dan geologi. Berhubungan dengan hal ini
juga adalah ketika pengetahuan ilmiah digunakan dalam menyelesaikan masalah
praktis yang bisa muncul kapan saja di sekitar rumah tangga, seperti
memperbaiki mainan atau peralatan listrik yang rusak.
Namun, hal ini sudah lama disadari bahwa jika
guru ingin siswanya mampu melakukan aplikasi pengetahuan ilmiah, maka latihan
yang diberikan untuk hal itu harus lebih banyak. Untuk kebanyakan siswa, hal
ini tidak datang secara alami, dan pengetahuan serta keterampilan yang
dipelajari di kelas sains biasanya disimpan dalam “kotak ingatan” yang berbeda
dengan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Cakupan yang lebih luas antara sains melalui
teknologi terhadap masyarakat
Dengan tujuan ini pengajaran sains bergerak
keluar dari sekedar pengajaran sains di kelas. Berbagai materi mulai dari
dampak pencemaran udara terhadap lingkungan seperti efek rumah kaca yang
berlanjut ke hujan asam, pemanasan global dan perubahan iklim dipelajari di
kelas sains. Ruang lingkup STM lebih luas dari sekedar komponen sains dari hal
tersebut, namun ke segala hal detil yang mempengaruhi kelangsungan hidup umat
manusia secara keseluruhan. Pada pola ini pemahaman sains harus benar-benar dipahami
dan ini melibatkan pengajaran sains pada tahapan yang lebih tinggi. Sehingga
hal ini akan memberikan tantangan yang berarti bagi guru sains di kelas untuk
menyesuaikan diri terhadap pembahasan permasalahan yang diulas dengan taraf
pengetahuan siswa.
Pembahasan berbagai permasalahan STM akan
membawa kepada pemahaman hal apa yang perlu dilakukan untuk menangani atau
mencegah hal tersebut terjadi serta faktor apa saja yang terlibat atau tidak
terhadap masalah tersebut membawa berbagai pengetahuan dan kepercayaan di luar
pengajaran sains, dan hal nilah yang harusnya diintregrasikan dalam pengetahuan
ilmiah. Para siswa diharapkan untuk dapat mulai melihat bahwa walaupun
pengetahuan ilmiah berada di belakang permasalahan tersebut namun hal itu
tidaklah cukup, diharapkan siswa melakukan tindakan bijak sebagai anggota
masyarakat dalam memelihara kelestarian alam. Sehingga siswa belajar menyadari
beberapa hal keterbatasan dalam sains yang merupakan bekal berarti bagi
kehidupannya.
3. Pendekatan sikap dan nilai ilmiah
Pendekatan ini dapat dilakukan dalam dua
penekanan yang berbeda. Yang pertama melibatkan usaha untuk mengembangkan
berbagai sikap tersebut yang dilihat sebagai sifat-sifat ilmuwan yang bila
dikembangkan akan membantu siswa menyelesaikan persoalan sejenis seperti halnya
ilmuwan menyelesaikannya.
Beberapa sikap tersebut diantaranya adalah:
a. Mengetahui butuhnya bukti sebelum membuat
klaim pengetahuan
b. Mengetahui butuhnya berhati-hati ketika
melakukan interpretasi pada hasil percobaan/pengamatan
c. Kemauan untuk mempertimbangkan interpretasi
lain yang juga masuk akal
d. Kemauan untuk melakukan aktivitas percobaan
secara hati-hati
e. Kemauan untuk mengecek bukti dan
interpretasinya
f. Mengakui keterbatasan penyelidikan secara
ilmiah
Penekanan yang kedua adalah mengembangkan
sikap-sikap khusus terhadap alam sekitar, mata pelajaran selain sains ataupun
dasar untuk karir masa depan seperti halnya sikap terhadap sains. Berbagai
sikap tersebut seperti:
a. Rasa ingin tahu tentang alam fisik dan
biologis dan bagaimana hal itu bekerja
b. Kesadaran bahwa sains dapat menyumbangkan
hal untuk mengatasi masalah individu ataupun global
c. Suatu antusiasme terhadap pengetahuan ilmiah
dan metodanya
d. Suatu pengakuan bahwa sains adalah aktivitas
manusia bukan sesuatu yang mekanis
e. Suatu pengakuan pentingnya pemahaman ilmiah
dalam dunia yang modern
f. Suatu kenyataan bahwa pengetahuan ilmiah
bisa digunakan untuk maksud baik maupun jahat
g. Suatu pemahaman hubungan antara sains dan
bentuk aktivitas manusia lainnya
h. Suatu pengakuan bahwa pengetahuan dan
pemahaman sains berbeda dengan yang dilakukan sehari-hari
Berbagai sikap di atas secara jelas berhubungan
dengan sains, dan akan berpotensi terus berkembang khususnya ketika siswa
terlibat dalam pelajaran sains di sekolah. Namun, terdapat juga sikap-sikap
positif lainnya yang mana seorang guru sains dapat juga meneguhkan dan
memperkuatnya seperti rasa tanggung jawab, kesediaan untuk bekerja sama,
toleransi, rasa percaya diri, menghargai orang lain, kebebasan, dapat dipercaya
dan kejujuran intelektual.
Pengembangan sikap-sikap ini biasanya merupakan
konsekwensi tidak langsung dari seluruh pengalaman di sekolah maupun di dunia
luar. Tidak seorang gurupun atau sekumpulan kegiatan yang akan bertanggung
jawab terhadap sikap siswa terhadap sains. Penelitian dalam pendidikan
misalnya, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh hidden curriculum dibanding isi
materi kurikulum terhadap cara pandang siswa terhadap dirinya, guru, sekolah
maupun proses pendidikan. Namun, walaupun perubahan sikap adalah hal yang
lambat dibanding pertambahan pengetahuan dan pengurukannya juga sulit
dilakukan, hal ini tidak menjadikan bahwa hal itu tidak perlu dilakukan.
Pendekatan sifat alamiah dari sains adalah
pendekatan yang membawa berbagai implikasi yang terkesan rumit baik bagi siswa
maupun guru. Siswa yang belajar di kelas yang paling tidak mendapat tiga mata
pelajaran sains (biologi, fisika dan kimia) akan berhadapan dengan beragam guru
sains yang juga beragam sikap dan pandangannya tentang sains. Hal ini
berpotensi untuk menimbulkan kebingungan siswa, sudut pandang guru yang mana
yang memang lebih tepat? Cara yang lebih baik adalah dengan mengakui adanya
keberagaman pandangan tentang sains dan kesulitannya mencari suatu konsensus,
untuk kemudian mendiskusikan kekuatan dan kelemahan berbagai pandangan
tersebut. Salah satu cara yang telah diterapkan adalah dengan pendekatan
sejarah dan filsafat sains (History and Philosophy of Science) yaitu dimana
siswa terlibat dalam mempelajari dan menganalisis sebab-sebab historis dimana
prestasi sains berlangsung.
C. Sains Teknologi Masyarakat
1. Sejarah timbulnya STS (Sains Teknology
Society)
TE didirikan tahun 1979, bertujuan untuk
mengembangkan Sains dan Teknologi sebagai bagian dari pendidikan umum
masyarakat setiap Negara. Yang kemudian muncullah sebuah organisasi
internasional baru yaitu SE yang bertujuan untuk meningkatkan pendidikan sains
diseluruh dunia dengan cara menukar-menukar informasi dalam pertemuan-pertemuan
ilmiah, penerbit newsletter, buku pegangan bagi para sains dan lain-lain.
Meskipun ICASE tidak mencantumkan “Teknologi“ dalam nama organisasinya karena
didirikan sejak tahun 1973,namun kegiatan dan penelitiannya dalam bidang sains
dan teknologi. Pada symposium ke-7 dinegeri belanda ICASE berubah nama menjadi
IOSTE, dengan harapan terjadinya inovasi dalam pendidikan sains didunia dengan
jalan memilih dan mengefektifkan strategi pembelajaran melalui pengalaman.
Adanya dampak negatif dari teknologi
mengakibatkan timbulnya usaha-usaha untuk menanggulangi dan memperbaikinya
dengan konsep-konsep ilmiah yang dimilikinya. Maka dari itu pada pertemuan
IOSTE sebelumnya disarankan agar pendidikan sains dan teknologi yang disajikan
menggunakan “topik” dan “unit” yang menyatakan bahwa dilkasanakannya Science-technology-society
atau pendekatan STS dalam pendidikan sains. Hingga pada suatu ketika ada yang
mengusulkan untuk menggantinya dengan STSE atau Science-Teknology-Enviroment
(STE). Ada yang berpendapat agar pendidikan sains technology dinyatakan dengan
pendidikan lingkungan atau pendidikan saja dengan alasan, pada saat ini
pendidikan sains tidak dapat lagi disajikan tanpa dikaitkan dengan teknologi
untuk kebutuhan masayarakat. Apapun namanya, yang penting adanya perubahan
pandangan para guru dan adanya keinginan untuk mengubah atau memodifikasi
pembelajarannya sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat membangun dan
membentuk pengetahuannya mengenai konsep-konsep tertentu melalui berbagai
kegiatan yang dirancang guru. Dan yang paling penting adalah mengembangkan
kemampuan intelektual anak sehingga dapat berfikir kritis dan menanggapi
permasalahan baik didalam maupun diluar sekolah “ Dikutip dari clipping service
Anna Poedjiadi, FMIPA-IKIP Bandung ”
2. STM (Sains Teknologi Masyarakat) / STS
(Sains Teknology Society)
Pendidikan sains dengan pendekatan STM adalah
suatu bentuk pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan
konsep-konsep sains saja tetapi juga menekankan pada peran sains dan teknologi
di dalam kehidupan masyarakat untuk memecahkan isu-isu di dalamnya. Belajar IPA
melalui isu-isu sosial di masyarakat yang ada kaitannya dengan IPA dan
Teknologi dirasakan lebih dekat dan belajar IPA melalui isu-isu masyarakat yang
ada kaitannya dengan IPA dan Teknologi dirasakan lebih punya arti dibandingkan
dengan konsep-konsep dan teori IPA itu sendiri.
Salah satu alasan dari pengajaran pengajaran
STM ini yaitu untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan, skill, yang
secara efektif memberikan respon aktif terhadap issue sains dan teknologi.
3.Tujuan Sains Teknology Society (STS)
1.Untuk keperluan pribadi (prinsip IPA harus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam dunia kesehatan,gizi dan
lain-lainnya).
2.Issue sosial, dengan adanya STS ini
masyarakat mampu dengan mudah memahami IPA
3.Adanya beberapa profesi atau karier yang
banyak berkaitan dengan IPA .
4. Akademis atau Disiplin Ilmu, banyaknya warga
yang melek / tidak paham terhadap sains dan teknologi, yang dapat dicirikan
sebagai berikut :
a. Mempunyai pengetahuan yang luas (Sains dan
Teknologi)
b. Skill (keterampilan proses), mampu bertindak
ilmiah
c. Belajar terus menerus (meskipun tidak
disekolah)
d. Faham keterbatasan sains dan teknologi
5. Program STS dapat menyiapkan siswa dalam
menggunakan sains untuk memperbaiki kehidupannya dan sebagai penghalang atas
pertambahan teknologi dunia
6. Program STS menyiapkan siswa dalam
mengembangkan sains dengan penuh tanggung jawab dengan sains dan teknologi
oriented issues.
7. Program STS membuat kita lebih mengenal
pokok pengetahuan dalam sains dan teknologi sehingga siswa dapat deal with STS
issue.
8. Program STS menyiapkam siswa untuk lebih
aktif dan berpengalaman dalam membuat keputusan dan memberikan keuntungan untuk
memilih karier terhadap sains dan teknologi.
4. Ciri- ciri Sains Teknology Society (STS)
Adapun ciri-ciri STS yang membedakannya dengan
yang lebih bersifat tradisional adalah :
Tradisional STS
Mempelajari konsep, hukum, dan teori yang biasa
ada dalam buku. Mempelajari Issue/masalah social terkait IPA yang ada
disekitarnya.
Dilaboratorium, Verifikasi sesuai dengan buku.
Pada praktikum, mengetes sesuai kemampuan dan mencari data yang diinginkan.
Siswa Pasif dan selalu oleh guru Siswa Aktif
dalam hal mencari Informasi
Pengetahuan dan Belajar hanya dilakukan dan
didapatkan dilingkungan sekolah Belajarnya bukan hanya pada lingkungan sekolah
Fokus/arah pelajaran ditentukan oleh guru/buku
Focus/arah dianggap penting dan tergantung siswa
Tidak adanya pembahasan tentang kedepannya
misalnya karier Selalu dikaitkan dengan masa depan dan karier siswa
Isi/materi dan informasi hanya diperoleh dari
guru dan buku Isi/materinya bebas dan relevan dengan lingkungan
Guru bekerja sendiri Adanya kerjasama antara
guru satu sama lain (bidang studi lain)
Secara umum memiliki kelas ilmiah yang tiap
periodenya melebihi tahun pelajaran Pendidikan terstruktur
Memfokuskan pemerian informasi kepada siswa
yang lebih pintar Focus pada pribbadi yang memiliki rasa keingintahuan dan
konsentrasi yang tinggi
Lebih menekankan pada proses keterampilan dasar
dari pada ujian akhir Menganggap keterampilan sebagai alat yang mengagungkan
dalam menerapkan ilmu pengetahuan.
Tidak memperhatikan asal pengetahuan Sangat
memeperhatikan asal pengetahuan
Siswa lebih berkonsentrasi pada masalah yang
diberikan oleh guru atau teks Siswa menjadi tau akan tanggung jawabnya sebagai
masyarakat dan untuk memecahkan masalah yang diidentifikasinya.
Pengetahuan meliputi pengelolaan informasi yang
diajukan guru dan disetujui oleh siswa Berdasarkan pengalaman siswa yang
menarik
Lebih fokus pada penjelasan dan pemberian
pemahaman Lebih fokus pada pengetahuan budaya dan apa yang menyerupainya
Adapun perbedaan pendidikan konvensional dengan
STS/STM ini adalah:
Pendidikan Konvensional STS / STM
Monodisipliner Multidisipliner
Tujuan / Indikator Orientasi masalah
Guru + Siswa Sumber Info, Guru, Ahli (pakar),
dokter dan lain-lainnya.
Dimulai dengan buku dan diakhiri dengan
aplikasi contoh-contoh /verifikasi Dimulai dari masalh/aplikasi dari masyarakat
dan diakhiri denga konsep, hukum, dan teori
Dilaksanakan dalam kelas Dilakukan diluar kelas
Jadwal tertentu Tidak sesuai jadwal
Waktu terbatas Fleksibel/tidak terbatas
D. Jenis-jenis Pengetahuan
Ilmu sains dan teknologi timbul dimulai dengan
adanya pengetahuan-pengetahuan yang timbul dari manusia terdahulu yang kemudian
dapat digolongkan atas 4 pengetahuan yaitu :
1. Pengetahuan Tahayul atau Mithos
Mithos adalah suatu penjelasan atas fakta yang
tidak ada kebenarannya, hanya diduga dan dipercaya begitu saja. Semua suku
bangsa pada zaman dahulu mempunyai mithos dan legenda. Legenda adalah cerita
rakyat yang berdasarkan mithos.
Contohnya, pada zaman dahulu orang percaya
pelangi adalah tangga bidadari yang turun mandi, bunyi burung hantu adalah
tanda munculnya bencana, kaisar Jepang adalah keturunan dewa matahari. Rakyat
percaya dan menerima mithos karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan pikiran
manusia pada saat itu dan dorongan ingin tahunya sudah terpenuhi. Manusia tidak
sanggup menjelaskan secara benar dan ilmiah tentang segala sesuatu yang
diamatinya maka muncullah penjelasan yang bersifat tahayul.
2. Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang
diperoleh melalui penelitian dengan pengamatan panca-indera dan penalaran akal
budi disusun secara sistematis untuk menjeaskan fakta yang sedang dihadapi,
yang merangsang panca-indera dan pikiran manusia. Pengetahuan ilmiah dapat
dibagi lagi seperti berikut ini.
Fakta objektif benar
Pengetahuan ilmiah
Tafsiran fakta benar, objektif
salah subjektif
Manusia berhadapan dengan fakta alam semesta,
makhluk hidup atau benda mati. Kemudian menjelaskan fakta itu atau memberi
tafsiran pada fakta yang dihadapinya. Penjelasan fakta yang sesuai dengan
kenyataan merupakan fakta objektif yang tidak dapat dibantah lagi. Misalnya
hukum Archimedes, bahwa benda padat yang tercelup dalam fluida, berkurang
beratnya sebesar zat fluida yang dipindahkannya.
Suatu teori pengetahuan adakalanya hanya
bersifat tentatif artinya suatu teori pengetahuan pada suatu ketika gugur karena
ditemukan fakta yang tidak mendukung teori tersebut. Berabad-abad lamanya
manusia menganut pendapat Aristoteles tentang peredaran matahari dan
planet-planet bahwa mataharilah yang beredar mengelilingi bumi. Pendapat itu
menjadi gugur setelah Copernicus pada abad 16 menemukan bahwa bumilah yang
beredar mengelilingi matahari. Menarik kesimpulan yang terlalu jauh atau
membuat ekstrapolasi yang terlalu jauh dari beberapa buah fakta saja mengandung
resiko tentang kebenaran ilmiah, kemungkinan benar, kemungkinan salah.
3. Pengetahuan Super-natural
Pengetahuan super-natural adalah pengetahuan
yang tidak termasuk pada tahayul dan pengetahuan ilmiah, namun mempunyai fakta.
Pengetahuan super-natural tidak dapat dijangkau dengan panca-indera maupun akal
budi, sifatnya transrasional (di luar jangkauan akal budi). Karena iu
pengetahuan ini tidak ditanggapi dengan akal budi dan bukan objek pengetahuan
ilmiah dan IPA, tetapi masalah percaya, ditanggapi dengan iman, believe it or
not yang sifatnya sangat pribadi dan menyangkut hah-hak asasi manusia.
4. Pengetahuan Ilmiah Semu (Pseudo Science)
Pengetahuan ilmiah semu adalah pengetahuan yang
berdasarkan fakta ilmiah tetapi dicampur dengan kepercayaan dan hal-hal yang
bersifat super-natural. Bangsa Babelonia (daerah Irak sekarang) kira-kira 2500
SM menyembuhkan penyakit disamping obat juga menggunakan mantera. Bangsa
Babelonia juga ahli dalam ilmu perbintangan dan memberikan nama pada rasi
bintang menurut nama binatang seperti Leo, Scorpio, Pisces dan sebagainya.
Berdasarkan kedudukan binatang itu mereka meramal nasib seseorang dihubungkan
dengan hari dan bulan kelahirannya. Ilmu perbintangan yang dihubungkan dengan
kepercayaan ramalan nasib disebut astrologi. Astrologi bukan pengetahuan ilmiah
melainkan pseudo science. IPA memanfaatkan hukum-hukum alam untuk meningkatkan
mutu kehidupan manusia bukannya alam seperti bintang-bintang di langit yang
menentukan kehidupan dan nasib manusia.
Manusia, kalau menghadapi hal-hal yang berada
diluar kemampuannya, maka manusia memerlukan iman atau agama. Sebaliknya
menghadapi hal-hal yang berada di dalam jangkauan kemampuannya, manusia
memerlukan rasio atau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang dapat dipelajari dan
dilatih. Dengan kata lain, iman dan rasio, agama dan IPTEK ( ilmu pengetahuan
dan teknologi) selalu berjalan bersama-sama mengiringi kehidupan manusia.
Makin maju taraf pemikiran dan kebudayaan
manusia, wilayah rasio dan IPTEK lebih dominan dengan kemungkinan masih percaya
kepada hal-hal yang bersifat super-natural. Rasio dan iman, IPTEK dan agama
berjalan bersama-sama walaupun IPTEK sudah semakin maju. Dalam hal ini tepat
sekali seperti yang dikatakan oleh Einstein “ Science without religion is
blind”, ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta. “Religion without science is
limp”, agama tanpa imu pengetahuan adalah lumpuh.
Kemungkinan lain dengan semakin majunya taraf
pemikiran dan kebudayaan, manusia tidak percaya lagi kepada hal-hal yang
bersifat super-natural, tidak percaya kepada ajaran agama. Mereka hanya
mengandalkan solusi dari IPTEK untuk mengatasi masalah kehidupan manusia
seperti yana dikatakan Lenin : Sebagai konsekuensi ilmiah, agama harus ditumpas
dengan kekerasan. Sayang Lenin tidak menyaksikan runtuhnya USSR yang
dibangunnya dan tidak menyaksikan patungnya diruntuhkan oleh rakyatnya sendiri
yang menderita akibat filsafatnya yang menyesatkan.
E. Peranan IPA dan Teknologi Terhadap
Masyarakat
Hal ini terlihat bahwa teknologi memiliki
peranan yang penting dalam mendukung pembelajaran apalagi dalam bidang
matematika yaitu misalnya :
1. Tempat penekaan dugaan siswa dan dan
pengujian dugaan
Teknologi memudahkan hal ini karena
memungkinkan siswa untuk melakukan berbagai perhitungan cepat menggunakan
kalkulator sehingga akan menghemat waktu. Siswa dengan demikian dapat memeriksa
perhitungan dengan cepat dan akurat sehingga memungkinkan mereka untuk
memeriksa dan mengeksplorasi validitas dugaan mereka.
2. Sebagai Fasilitas
Untuk memfasilitasi siswa membangun ide-ide
atau konsep-konsep yang lebih maju dan sebagainya.
3. Sebagai Sarana Pendidikan
Sains dan teknologi merupakan sarana yang tepat
untuk mengembangkan kreatifitas termasuk mengembangkan keterampilan dalam
pemecahan masalah (problem solving). Seperti halnya, teknologi membantu kita
menghitung sesuatu yang rumit yang kita tidak sanggup, begitu pula kita dengan
mudah mengetahui dan bahkan mendapatkan informasi-informasi tentang keadaan
dunia maupun hal-hal yang baru.
4. Sebagai Alat Untuk Memasuki Berbagai Bidang
Profesi
Pengetahuan dan keterampilan ilmu sains dan teknologi
memungkinkan kita dapat memasuki berbagai bidang profesi, namun demikian tanpa
dibarengi dengan pengembangan kreativitas pribadi maka keterampilan itu sendiri
menjadi tidak berarti dan tidak menjamin dengan sendirinya masa depan yang
cerah atau adanya pengembangan karir pribadi yang pasti.
F. Dampak IPA dan Teknologi terhadap Masyarakat
Disamping IPTEK memberi sumbangan positif bagi
kehidupan manusia, IPTEK juga membawa akibat negatif, antara lain sebagai
berikut :
1. Kerusakan lingkungan hidup
Pada gelombang kedua, masa industri sampai
sekarang kemajuan IPTEK mendorong manusia menguras sumber daya alam. Akibatnya
hutan semakin berkurang, air tercemar, udara menjadi kotor, lapisan ozon
menjadi tipis. Pola pembangunan yang dijalankan adalah human oriented
technology yaitu teknologi yang berpusat pada kepentingan manusia saja tanpa
menghiraukan lingkungan dan makhluk lain. Dewasa ini air bersih semakin langka
karena tercemar oleh zat-zat kimia, sehingga ikanpun sulit untuk hidup. Agar
keseimbangan kehidupan tetap terpelihara, maka penggunaan teknologi dalam
pembangunan harus menggunakan pola life-oriented technology yaitu penggunaan
teknologi yang memperhatikan lingkungan, baik lingkungan biotik maupun abiotik.
2. Interaksi sosial
Pada gelombang agraria hubungan antara manusia
dengan manusia lainnya diwarnai dengan hubungan kekeluargaan, tata krama,
semangat gotong royong dan lebih banyak waktu yang dipakai untuk berkomunikasi
antar pribadi. Masyarakat industri mempunyai corak yang lain, pembangunan di
kota mengakibatkan urbanisasi yang menimbulkan masalah sosial manusia menjadi
individualis, pergaulan dan nilai berubah, nilai lama ditinggalkan dan
mengikuti nilai baru yang belum tentu benar.
3. Manusia menjadi bagian dari mesin
Manusia menciptakan teknologi untuk kepentingan
manusia sendiri guna meningkatkan mutu dan jumah produksi. Untuk itu diperlukan
peralatan yang canggih dan rumit yang bekerja secara cepat dan tepat. Dalan
keadaan ini manusia hanya menjadi satu bagian dari mesin yang bekerja secara
mekanis dan rutin tanpa pribadi.
4. Pengaruh teori evolusi Darwin
Struggle for existance adalah perjuangan
makhluk hidup untuk mempertahankan hidupnya. Perjuangan untuk hidup ini semakin
berat apabila spesies populasinya bertambah. Inheritance of variations adalah
kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan hanya
individu yang sesuai dengan lingkungannya yang dapat bertahan hidup. Survival
of the fittest menyatakan bahwa individu yang kuatlah yang dapat bertahan
hidup.
Teori Darwin telah mengilhami beberapa ilmuwan
salah satunya Karl Marx yang pada waktu yang sama sedang menulis bukunya yang
terkenal Das kapital. Buku itu tidak dapat dilanjutkan, karena Karl Marx
sendiri mengalami jalan buntu meneruskan jalan pikirnya supaya masuk akal.
Setelah membaca buku Darwin, Karl Marx dapat melanjutkan buah pikirnya tentang
perjuangan antar kelas masyarakat.
5. Rekayasa genetika
Bayi tabung memerlukan beberapa buah pemikiran
dan pertimbangan mengenai voetus yang hidup di dalam tabung. Pada waktu
pembuahan terjadi, di dalam tabung hidup lebih dari satu voetus. dari sekian
voetus yang hidup hanya satu voetus dimasukkan ke dalam rahim sedangkan voetus
yang lainnya dibunuh. Masalahnya disini adalah voetus disejajarkan dengan benih
hewan sedangkan menurut para ahli, voetus merupakan satu pribadi benih manusia.
Walaupun hal ini memberikan hal positif bagi yang membutuhkan misalnya dengan
terbentuknya anak melalui tabung tersebut akan tetapi terkadang terjadi
masalah-masalah bahkan penyakit baru baik itu bagi anak maupun ibu yang
mengandung.
6. Meningkatkan tingkat kemalasan
Adanya ledakan teknologi yang mempengaruhi
hampir seluruh aspek kehidupan dan pengembangan sumber daya manusia membuat
sebagian manusia lupa dan mulai bermalas-malasan. Dengan teknologi, membosankan
perhitungan yang mudah dilakukan atau hal-hal yang sebenarnya kita telah
mengetahuinya. Secara tidak langsung kita telah diperbudak atau bahkan bisa
dikatakan bahwa kita merupakan bagian dari hal tersebut, yang bisa membuat pemikiran
kita menjadi tumpul akibat kekurang-asahan kita dalam melatih ingatan dan
pemikiran kita.
Kita sudah melihat IPTEK sangat membantu
manusia untuk memudahkan dan meningkatkan mutu kehidupan manusia. Tetapi pada
sisi lain kita juga melihat keuntungan pada satu pihak, menimbulkan kerugian
pada sisi lain. IPTEK tidak berdiri sendiri, IPTEK tidak bebas nilai tetapi
IPTEK berhadapan dengan masalah etika tentang yang baik dan benar, tentang yang
boleh dan tidak boleh.
0 komentar:
Posting Komentar